Jumat, 26 Juni 2009

Daerah Tangkapan Air Kritis Tanaman Obat Terancam Punah

Di Indonesia, banyak daerah tangkapan air telah mengalami kerusahttp://www.blogger.com/img/blank.gifkan bahkan telah kitis. Salah satunya daerah tangkapan air yang ada di Pelaihari, Kalimantan Selatan.
Dari hasil observasi yang kami lakukan pada tanggal 9 Juni 2009 berlokasi di daerah tangkapan air, damit, dapat disimpulkan bahwa daerah tangkapan airnya cukup buruk. Hal ini dapat dilihat dari keadaan hutan sekitar yang sebagian besar telah gundul bahkan sumber daya tanah telah banyak dieksplorasi. Akibatnya, pada saat pasokan air menurun dapat terjadi kekeringan sedangkan pada saat pasokan air berlebih dapat terjadi banjir akibat bendungan jebol.

Kondisi lingkungan yang berubah dapat merubah kandungan kimia tanah dan hal-hal lain yang mempengaruhi tumbuhnya tanaman khas daerah tersebut terutama tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman obat. Misalnya saja Berdasarkan observasi yang kami lakukan, didapatkan hasil pHair daerah damit adalah sekitar 8-9. Hasil ini menunjukkan air di daerah ini cenderung bersifat basa. Sedangkan pHtanah daerah damit sekitar 5-6. Hasil ini menunjukkan tanah di daerah ini cenderung bersifat asam. Selain itu, banjir besar akibat jebolnya bendungan dapat merusak tanaman waga dan tanaman obat tesebut. Hal ini akan sangat berpengauh pada keselamatan tanaman obat.
Berdasarkan obsevasi yang kami lakukan, terdapat berbagai jenis tanaman obat diantaranya
Kelakai (Stenochlaena palustris)
Domain: Eukaryota () - Whittaker & Margulis,1978
Kingdom: Plantae () - Haeckel, 1866 - Plants
Subkingdom: Viridaeplantae () - Cavalier-Smith, 1981
Division : Pteridophyta
Phylum: Tracheophyta () - Sinnott, 1935 Ex Cavalier-Smith, 1998 - Vascular Plants
Subphylum: Euphyllophytina ()
Infraphylum: Moniliformopses () - Kenrick & Crane, 1997, Nom. Nud.
Class: Filicopsida () - Cronquist Et Al.
Order: Filicales () - Link
Family: Blechnaceae () - (C. Presl, 1851) Copeland, 1947 - Chain Fern Family
Tribe: Narcisseae ()
Genus: Stenochlaena () - Linnaeus, 1753
Specific epithet: palustris - (Burm.) Bedd.
Botanical name: - Stenochlaena palustris (Burm.) Bedd.
Tanaman jenis paku-pakuan ini diketemukan di daerah rawa di Desa Tungkaran ini. Habitat tanaman kelakai ini memang di daerah yang basah dan tergenang. Tanaman ini memiliki sistem perakaran serabut dan cara penyebaran dengan tunas dan sulur serta spora. Tanaman cukup mudah berkembang dan bila dibiarkan akan menutupi area yang cukup luas.
Tanaman ini memiliki banyak khasiat, seperti antidiare. Selain itu, juga dipercayai oleh masyarakat Dayak sebagai obat penambah darah serta obat awet muda. Tidak lupa juga, pucuk muda kelakai ini adalah bahan masakan yang cukup lezat dan di kalangan penduduk asli kalimantan merupakan salah satu makanan favorit (oseng kelakai contohnya).
Menariknya, tumbuhan yang kerap dijadikan sayur itu memiliki manfaat unik. Kalakai ternyata dapat menunda proses penuaan manusia. Berdasarkan studi empirik, diketahui bahwa kalakai dipergunakan oleh masyarakat suku Dayak Kenyah untuk mengobati anemia, pereda demam, mengobati sakit kulit, serta sebagai obat awet muda. Wongso Kesuma, mahasiswa Fakultas Kedokteran Unlam tertarik melakukan penelitian kandungan zat pada kalakai yang merupakan jenis tanaman jenis paku-pakuan, apalagi diyakini sebagai obat awet muda.
Dari hasil penelitian, Wongso mendapatkan bahwa kandungan zat bioaktif kalakai di daun adalah flavonoid sebesar 1,750 persen, streroid sebesar 1,650 persen, dan alkaloid sebesar 1,085 persen. Sementara di batang, ternyata kalakai mengandung flavonoid sebesar 3,010 persen, steroid sebesar 2,583 persen dan alkaloid sebesar 3,817 persen.
Dari serangkaian penelitian yang dilakukan, ia menyimpulkan bahwa kalakai mengandung zat bioaktif yang bersifat seperti anti oksidan seperti vitamin C, vitamin A, dan flavonoid. Zat bioaktif tersebut bekerja secara sinergis dengan makanisme antara lain dengan mengikat ion logam, radikal hidroksin dan oksigen singlet sebagai penghambat penuaan.

Rumput kremason
Rumput kremason yang bisa digunakan sebagai balsem untuk mengobati penyakit pada tubuh seperti keseleo, masuk angin,
Terlalu disayangkan jika tanaman obat yang bekhasiat ini menjadi punah.
Adapun mengenai tingkat kesehatan masyarakat, berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk sekitar didapatkan data bahwa penyakit yang biasa dialami penduduk antara lain penyakit dibawa oleh nyamuk seperti demam berdarah dan malaria, penyakit saluran pencernaan seperti diare, disentri dan lain-lain, penyakit kulit seperti gatal-gatal. Adapun untuk pelayanan kesehatan di daerah ini sudah cukup baik salah satunya adanya fasilitas puskesmas keliling. Akan tetapi hal ini belum cukup, dipelukan hal yang lebih misalnya saja dengan keberadaan tanaman obat dan wawasan masyarakat terhadap tanamn obat menjadi salah satu hal yang penting. Selain itu eksplorasi tanaman obat yang betanggung jawab pada lingkungan juga mendatangkan nilai ekonomis bagi seoang farmasis dan masyarakat sekitar (menambah lapangan pekerjaan).
Untuk mengatasi masalah tesebut, Pada daerah damit ditanam tumbuhan yang bukan hanya bemanfaat sebagai penahan air saja tetapi juga benilai ekonomis seperti adanya perkebunan karet. Adapun sebagai tanaman utama ditanam padi hal ini juga dapat membuat keuntungan. Selain itu juga banyak lagi tanaman-tanaman lain yang ditanam disana seperti pare, pohon pisang dan lain-lain.

Usaha ini belum cukup untuk menyelamatkan lingkungan, dipelukan dukungan dari seluruh pihak, baik itu pemeintah, masyarakat sekitar maupun pihak-pihak lain seperti para pengusaha agar lebih bertanggung jawab, juga para cendikia yang menguasai ilmu tertentu mengenai lingkungan baik secara fisik, biologis maupun kimiawi. Untuk tanaman obat, diperlukan farmasis-farmasis masa depan yang kreatif dan arif dalam mengeksplorasi tanaman obat untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat juga dukungan dari cabang keilmuwan yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar