Rabu, 24 Juni 2009

Abrasi Pantai Berdampak pada Penurunan Kualitas Kesehatan Masyarakat

Wilayah pesisir adalah suatu jalur saling pengaruh antara darat dan laut, yang memiliki ciri geosfer yang khusus, kearah darat dibatasi oleh pengaruh sifat-sifat fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah laut dibatasi oleh proses alami serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan di darat.Manfaat ekosistem pantai sangat banyak, namun demikian tidak terlepas dari permasalahan lingkungan, sebagai akibat dari pemanfaatan sumber daya alam di wilayah pantai. Permasalahan lingkungan yang sering terjadi di wilayah perairan pantai, adalah pencemaran, erosi pantai, banjir, inturusi air laut, penurunan biodiversitas pada ekosistem mangrove dan rawa, serta permasalahan sosial ekonomi.
Rawa pesisir merupakan salah satu objek observasi yang kami lakukan pada tanggal 8-10 Juni 2009. Kegiatan observasi rawa pesisir dilaksanakan pad tanggal 8 Juni 2009 berlokasi di pantai Desa Pagatan Besar, Pelaihari, Kalimantan Selatan.Dari hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa kondisi pantai kurang terawat dengan baik. Air lautnya juga berwarna keruh akibat sedimentasi lumpur yang berasal dari muara sungai. Hal ini disebabkan aktivitas penggundulan hutan sehingga tanah yang harusnya ditahan oleh pepohonan ikut terbawa air hujan menuju sungai hingga akhirnya mencemari laut. Air laut ini juga diperkirakan telah dicemari logam berat dan pencemar lain yang berasal dari industri-industri disekitar kawasan pantai.

Kerusakan lingkungan pesisir ini tampak dari kondisi bibir pantai yang telah mengalami abrasi yang cukup berat. Abrasi pantai adalah pengikisan daratan akibat gelombang laut ataupun arus pasang surut. Abrasi menyebabkan intrusi air laut ke sumber-sumber air masyarakat sekitar. Hal ini akan mempengaruhi salinitas dan sanitasi sumber-sumber air tersebutn yang tentunya akan berdampak pada penurunan kualitas kesehatan masyarakat. Salinitas sumber-sumber air meningkat. Selain itu, air laut yang tercemar limbah industri juga dapat mencemari sumber-sumber air tersebut.

Berdasarkan observasi didapat pH tanah pada stasiun 1 sekitar 6,8, stasiun 2 sekitar 5,2 dan pada stasiun 3 sekitar 5,6. Kelembapan tanah pada stasiun 1 sekitar 15 %, Kelembapan tanah pada stasiun 2 sekitar >100 %, dan Kelembapan tanah pada stasiun 3 sekitar >100 %. Flora pada stasiun 1 tanaman api-api dominan, tanaman jinggah tidak dominan, tanaman buta-buta tidak dominan, pada stasiun 2 tanaman api-api dominan, tanaman jinggah tidak dominan, tanaman buta-buta tidak dominan, pada stasiun 3 tanaman api-api tidak ada, tanaman jinggah tidak ada, tanaman buta-buta tidak dominan. Kondisi tanah ketiga stasiun berlumpur.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar, didapatkan informasi yang sering timbul, diantaranya:
Penyakit Saluran Pencernaan
Walaupun masyarakat mengaku jarang bahkan hampir tidak pernah mengonsumsi air yang berasal dari sumber-sumber air seperti sumur sebagai air minum, menurut sebagian besar keterangan masyarakatmenunjukkan bahwa penyakit-penyakit saluran pencernaan seperti sakit perut, diare, disentri dan lain-lain adalah penyakit yang biasa dialami masyarakat. Kemungkinan besar hal ini disebabkan pengonsumsian air dengan sanitasi yang buruk.
Penyakit Kulit
Sumber-sumber air biasanya digunakan keperluan masyarakat untuk keperluan mandi dan mencuci. Penggunaan sumber air yang telah dicemari air laut yang membawa limbah pencemar dapat saj menjadi penyebab penyakit kulit ini.
Selain penyakit-penyakit di atas, walaupun tak sering terjadi tetapi adapula indikasi gangguan fungsi ginjal. Hal ini juga kemungkinan disebabkan pencemaran sumber-sumber air masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar masyarakat kurang tahu mengenai tanaman obat di daerah tersebut. Hal in I disayangkan padahal cukup banyak tanamn obat yang dapat di eksplorasi terutama sebagai toga. Misalnya saja jambu biji sebagai obat diare. Adapula tanaman yang berkhasiat sebagai obat kencing manis. Sayangnya, warga yang memberitahukan informasi ini kurang tahu namanya.
Abrasi pantai dapat berbahaya bagi kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan nyata untuk mencegah abrasi yang lebih parah, diantaranya:
Penanaman tanaman seperti mangrove atau tanaman api-api di bibir pantai
Pada daerah Pantai Pagatan Besar ini, tanaman api-api jauh lebih cocok ditanam daripada mangrove karena daerah ini didominasi lumpur sehingga tanaman mangrove kurang mampu bertahan hidup sedangkan tanaman api-api dapat hidup dengan baik dengan kondisi berlumpur tersebut.

Pembuatan siring
Ombak yang besar dapat menghanyutkan atau paling tidak merusak tanamn yang ditanam di bibir pantai. Oleh karena itu, perlu dibuat siring sebagai pemecah ombak.
Pengembangbiakan Terumbu Karang
Pengurangan Aktivitas eksploitasi Hutan

Aktivitas eksploitasi hutan yang berlebihan dan tidak bertanggung jawab menyebabkan terjadinya sedimentasi lumpur di laut. Akibatnya, terumbu karang dan biota laut tertentu tidak dapt bertahan hidup.

1 komentar:

  1. isi blognya sangat bermanfat dan sangat membantu sy dalama menyelesaikan tugas . Terima kasih

    BalasHapus