Jumat, 26 Juni 2009

Dampak Negatif Reklamasi Lahan Gambut

Lahan gambut di Indonesia sebagian besar telah direklamasi. Reklamasi adalah pengalihfungsian lahan agar lebih bernilai ekonomis misalnya menjadi pemukiman, sawah dan lain-lain. Pada tanggal 8 Juni 2009, kami melakukan observasi langsung lahan gambut yang telah direklamasi berlokasi di lahan gambut Km 17, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dilokasi observasi flora yang hdup tampak sangat minim dengan variasi yang terbatas.
Berdasarkan hasil observasi, tanaman obat yang teridentifikasi antara lain: Kelakai antioksidan dan penambah darah, kangkung untuk anti insomnia, karamunting untuk antidiabetes, teratai untuk menurunkan tekanan darah dan peluruh kencing dan lain-lain. Tanaman tanaman ini dapat digunakan sebagai tanaman obat. Akan tetapi, reklamasi lahan gambut banyak membawa perubahan pada air, kandungan tanah maupun langsung pada tanaman-tanaman tersebut.

Reklamasi lahan gambut selain berdampak negatif pada lingkungan juga berdampak negatif pada kesehatan diantaranya:
Reklamasi biasanya diawali dengan pembakaran lahan gambut
Asap pada pembakaran dapat menyebabkan berbagai gangguan pernapasan seperti ISPA, sesak napas, dan lain-lain.

Pengalihfungsian lahan menjadi pemukiman
Pengalihfungsian ini dapat menganggu habitat nyamuk. Akibatnya, nyamuk bermigrasi ke pemukiman penduduk sehingga wabah penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan penyakit dengan perantara nyamuk lainnya akan menjangkiti penduduk. Sebenarnya secara alami perkembangbiakan nyamuk dikontrol oleh keberadaan ikan khas lahan gambut yang memakan jentik-jentik naymuk. Akan tetapi perubahan ekosistem juga mengganggu populasi ikan tersebut sehingga populasi nyamuk semakin meningkat.
Kondisi seperti ini arus segera diatasi karena selain membahayakan kesehatan dan lingkungan juga membahayakan flora dan fauna yang hidup pada lahan tersebut. Perlu kerja sama dari berbagi pihak diantaranya:
Pemerintah agar lebih bersikap tegas dan arif dalam mengelola lahan gambut
Kesadaran Masyarakat Sekitar
Para pengusaha agar lebih bertanggung jawab pada lingkungan
Rehabilitasi lahan gambut
Mengadakan eksplorasi dan budidaya flora dan fauna

Daerah Tangkapan Air Kritis Tanaman Obat Terancam Punah

Di Indonesia, banyak daerah tangkapan air telah mengalami kerusahttp://www.blogger.com/img/blank.gifkan bahkan telah kitis. Salah satunya daerah tangkapan air yang ada di Pelaihari, Kalimantan Selatan.
Dari hasil observasi yang kami lakukan pada tanggal 9 Juni 2009 berlokasi di daerah tangkapan air, damit, dapat disimpulkan bahwa daerah tangkapan airnya cukup buruk. Hal ini dapat dilihat dari keadaan hutan sekitar yang sebagian besar telah gundul bahkan sumber daya tanah telah banyak dieksplorasi. Akibatnya, pada saat pasokan air menurun dapat terjadi kekeringan sedangkan pada saat pasokan air berlebih dapat terjadi banjir akibat bendungan jebol.

Kondisi lingkungan yang berubah dapat merubah kandungan kimia tanah dan hal-hal lain yang mempengaruhi tumbuhnya tanaman khas daerah tersebut terutama tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman obat. Misalnya saja Berdasarkan observasi yang kami lakukan, didapatkan hasil pHair daerah damit adalah sekitar 8-9. Hasil ini menunjukkan air di daerah ini cenderung bersifat basa. Sedangkan pHtanah daerah damit sekitar 5-6. Hasil ini menunjukkan tanah di daerah ini cenderung bersifat asam. Selain itu, banjir besar akibat jebolnya bendungan dapat merusak tanaman waga dan tanaman obat tesebut. Hal ini akan sangat berpengauh pada keselamatan tanaman obat.
Berdasarkan obsevasi yang kami lakukan, terdapat berbagai jenis tanaman obat diantaranya
Kelakai (Stenochlaena palustris)
Domain: Eukaryota () - Whittaker & Margulis,1978
Kingdom: Plantae () - Haeckel, 1866 - Plants
Subkingdom: Viridaeplantae () - Cavalier-Smith, 1981
Division : Pteridophyta
Phylum: Tracheophyta () - Sinnott, 1935 Ex Cavalier-Smith, 1998 - Vascular Plants
Subphylum: Euphyllophytina ()
Infraphylum: Moniliformopses () - Kenrick & Crane, 1997, Nom. Nud.
Class: Filicopsida () - Cronquist Et Al.
Order: Filicales () - Link
Family: Blechnaceae () - (C. Presl, 1851) Copeland, 1947 - Chain Fern Family
Tribe: Narcisseae ()
Genus: Stenochlaena () - Linnaeus, 1753
Specific epithet: palustris - (Burm.) Bedd.
Botanical name: - Stenochlaena palustris (Burm.) Bedd.
Tanaman jenis paku-pakuan ini diketemukan di daerah rawa di Desa Tungkaran ini. Habitat tanaman kelakai ini memang di daerah yang basah dan tergenang. Tanaman ini memiliki sistem perakaran serabut dan cara penyebaran dengan tunas dan sulur serta spora. Tanaman cukup mudah berkembang dan bila dibiarkan akan menutupi area yang cukup luas.
Tanaman ini memiliki banyak khasiat, seperti antidiare. Selain itu, juga dipercayai oleh masyarakat Dayak sebagai obat penambah darah serta obat awet muda. Tidak lupa juga, pucuk muda kelakai ini adalah bahan masakan yang cukup lezat dan di kalangan penduduk asli kalimantan merupakan salah satu makanan favorit (oseng kelakai contohnya).
Menariknya, tumbuhan yang kerap dijadikan sayur itu memiliki manfaat unik. Kalakai ternyata dapat menunda proses penuaan manusia. Berdasarkan studi empirik, diketahui bahwa kalakai dipergunakan oleh masyarakat suku Dayak Kenyah untuk mengobati anemia, pereda demam, mengobati sakit kulit, serta sebagai obat awet muda. Wongso Kesuma, mahasiswa Fakultas Kedokteran Unlam tertarik melakukan penelitian kandungan zat pada kalakai yang merupakan jenis tanaman jenis paku-pakuan, apalagi diyakini sebagai obat awet muda.
Dari hasil penelitian, Wongso mendapatkan bahwa kandungan zat bioaktif kalakai di daun adalah flavonoid sebesar 1,750 persen, streroid sebesar 1,650 persen, dan alkaloid sebesar 1,085 persen. Sementara di batang, ternyata kalakai mengandung flavonoid sebesar 3,010 persen, steroid sebesar 2,583 persen dan alkaloid sebesar 3,817 persen.
Dari serangkaian penelitian yang dilakukan, ia menyimpulkan bahwa kalakai mengandung zat bioaktif yang bersifat seperti anti oksidan seperti vitamin C, vitamin A, dan flavonoid. Zat bioaktif tersebut bekerja secara sinergis dengan makanisme antara lain dengan mengikat ion logam, radikal hidroksin dan oksigen singlet sebagai penghambat penuaan.

Rumput kremason
Rumput kremason yang bisa digunakan sebagai balsem untuk mengobati penyakit pada tubuh seperti keseleo, masuk angin,
Terlalu disayangkan jika tanaman obat yang bekhasiat ini menjadi punah.
Adapun mengenai tingkat kesehatan masyarakat, berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk sekitar didapatkan data bahwa penyakit yang biasa dialami penduduk antara lain penyakit dibawa oleh nyamuk seperti demam berdarah dan malaria, penyakit saluran pencernaan seperti diare, disentri dan lain-lain, penyakit kulit seperti gatal-gatal. Adapun untuk pelayanan kesehatan di daerah ini sudah cukup baik salah satunya adanya fasilitas puskesmas keliling. Akan tetapi hal ini belum cukup, dipelukan hal yang lebih misalnya saja dengan keberadaan tanaman obat dan wawasan masyarakat terhadap tanamn obat menjadi salah satu hal yang penting. Selain itu eksplorasi tanaman obat yang betanggung jawab pada lingkungan juga mendatangkan nilai ekonomis bagi seoang farmasis dan masyarakat sekitar (menambah lapangan pekerjaan).
Untuk mengatasi masalah tesebut, Pada daerah damit ditanam tumbuhan yang bukan hanya bemanfaat sebagai penahan air saja tetapi juga benilai ekonomis seperti adanya perkebunan karet. Adapun sebagai tanaman utama ditanam padi hal ini juga dapat membuat keuntungan. Selain itu juga banyak lagi tanaman-tanaman lain yang ditanam disana seperti pare, pohon pisang dan lain-lain.

Usaha ini belum cukup untuk menyelamatkan lingkungan, dipelukan dukungan dari seluruh pihak, baik itu pemeintah, masyarakat sekitar maupun pihak-pihak lain seperti para pengusaha agar lebih bertanggung jawab, juga para cendikia yang menguasai ilmu tertentu mengenai lingkungan baik secara fisik, biologis maupun kimiawi. Untuk tanaman obat, diperlukan farmasis-farmasis masa depan yang kreatif dan arif dalam mengeksplorasi tanaman obat untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat juga dukungan dari cabang keilmuwan yang lain.

Rabu, 24 Juni 2009

Abrasi Pantai Berdampak pada Penurunan Kualitas Kesehatan Masyarakat

Wilayah pesisir adalah suatu jalur saling pengaruh antara darat dan laut, yang memiliki ciri geosfer yang khusus, kearah darat dibatasi oleh pengaruh sifat-sifat fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah laut dibatasi oleh proses alami serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan di darat.Manfaat ekosistem pantai sangat banyak, namun demikian tidak terlepas dari permasalahan lingkungan, sebagai akibat dari pemanfaatan sumber daya alam di wilayah pantai. Permasalahan lingkungan yang sering terjadi di wilayah perairan pantai, adalah pencemaran, erosi pantai, banjir, inturusi air laut, penurunan biodiversitas pada ekosistem mangrove dan rawa, serta permasalahan sosial ekonomi.
Rawa pesisir merupakan salah satu objek observasi yang kami lakukan pada tanggal 8-10 Juni 2009. Kegiatan observasi rawa pesisir dilaksanakan pad tanggal 8 Juni 2009 berlokasi di pantai Desa Pagatan Besar, Pelaihari, Kalimantan Selatan.Dari hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa kondisi pantai kurang terawat dengan baik. Air lautnya juga berwarna keruh akibat sedimentasi lumpur yang berasal dari muara sungai. Hal ini disebabkan aktivitas penggundulan hutan sehingga tanah yang harusnya ditahan oleh pepohonan ikut terbawa air hujan menuju sungai hingga akhirnya mencemari laut. Air laut ini juga diperkirakan telah dicemari logam berat dan pencemar lain yang berasal dari industri-industri disekitar kawasan pantai.

Kerusakan lingkungan pesisir ini tampak dari kondisi bibir pantai yang telah mengalami abrasi yang cukup berat. Abrasi pantai adalah pengikisan daratan akibat gelombang laut ataupun arus pasang surut. Abrasi menyebabkan intrusi air laut ke sumber-sumber air masyarakat sekitar. Hal ini akan mempengaruhi salinitas dan sanitasi sumber-sumber air tersebutn yang tentunya akan berdampak pada penurunan kualitas kesehatan masyarakat. Salinitas sumber-sumber air meningkat. Selain itu, air laut yang tercemar limbah industri juga dapat mencemari sumber-sumber air tersebut.

Berdasarkan observasi didapat pH tanah pada stasiun 1 sekitar 6,8, stasiun 2 sekitar 5,2 dan pada stasiun 3 sekitar 5,6. Kelembapan tanah pada stasiun 1 sekitar 15 %, Kelembapan tanah pada stasiun 2 sekitar >100 %, dan Kelembapan tanah pada stasiun 3 sekitar >100 %. Flora pada stasiun 1 tanaman api-api dominan, tanaman jinggah tidak dominan, tanaman buta-buta tidak dominan, pada stasiun 2 tanaman api-api dominan, tanaman jinggah tidak dominan, tanaman buta-buta tidak dominan, pada stasiun 3 tanaman api-api tidak ada, tanaman jinggah tidak ada, tanaman buta-buta tidak dominan. Kondisi tanah ketiga stasiun berlumpur.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar, didapatkan informasi yang sering timbul, diantaranya:
Penyakit Saluran Pencernaan
Walaupun masyarakat mengaku jarang bahkan hampir tidak pernah mengonsumsi air yang berasal dari sumber-sumber air seperti sumur sebagai air minum, menurut sebagian besar keterangan masyarakatmenunjukkan bahwa penyakit-penyakit saluran pencernaan seperti sakit perut, diare, disentri dan lain-lain adalah penyakit yang biasa dialami masyarakat. Kemungkinan besar hal ini disebabkan pengonsumsian air dengan sanitasi yang buruk.
Penyakit Kulit
Sumber-sumber air biasanya digunakan keperluan masyarakat untuk keperluan mandi dan mencuci. Penggunaan sumber air yang telah dicemari air laut yang membawa limbah pencemar dapat saj menjadi penyebab penyakit kulit ini.
Selain penyakit-penyakit di atas, walaupun tak sering terjadi tetapi adapula indikasi gangguan fungsi ginjal. Hal ini juga kemungkinan disebabkan pencemaran sumber-sumber air masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar masyarakat kurang tahu mengenai tanaman obat di daerah tersebut. Hal in I disayangkan padahal cukup banyak tanamn obat yang dapat di eksplorasi terutama sebagai toga. Misalnya saja jambu biji sebagai obat diare. Adapula tanaman yang berkhasiat sebagai obat kencing manis. Sayangnya, warga yang memberitahukan informasi ini kurang tahu namanya.
Abrasi pantai dapat berbahaya bagi kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan nyata untuk mencegah abrasi yang lebih parah, diantaranya:
Penanaman tanaman seperti mangrove atau tanaman api-api di bibir pantai
Pada daerah Pantai Pagatan Besar ini, tanaman api-api jauh lebih cocok ditanam daripada mangrove karena daerah ini didominasi lumpur sehingga tanaman mangrove kurang mampu bertahan hidup sedangkan tanaman api-api dapat hidup dengan baik dengan kondisi berlumpur tersebut.

Pembuatan siring
Ombak yang besar dapat menghanyutkan atau paling tidak merusak tanamn yang ditanam di bibir pantai. Oleh karena itu, perlu dibuat siring sebagai pemecah ombak.
Pengembangbiakan Terumbu Karang
Pengurangan Aktivitas eksploitasi Hutan

Aktivitas eksploitasi hutan yang berlebihan dan tidak bertanggung jawab menyebabkan terjadinya sedimentasi lumpur di laut. Akibatnya, terumbu karang dan biota laut tertentu tidak dapt bertahan hidup.